Edelweisbunga abadi, bersemayam di puncak gunung dan kesukaan para dewa. Banyak yang mengidiomkan Edelweis adalah bunga yang tak lekang oleh waktu, abadi. Edelweis ungu yang selama ini menjadi ciri khas Gunung Lawu, karena selama ini pula hanya di sana aku dan sohibku bisa melihat langsung dan menjadi saksi akan keberadaan Edelweis U ngu.

Gunung Lawu memang cukup menjadi incaran bagi para pendaki bahwasanya gunung ini adalah satu-satunya uang memiliki warung di puncak kala dulu tapi sekarang sudah banyak sih namun warung mbok yem sampai sekarang masih melegenda. Kali ini akan memberikan kabar baik buat kamu para pendaki yang berasal dari Jakarta khususnya bahwa kamu sekarang bisa ke Lawu dengan mudah dengan menggunakan bus. Baca Juga 5 Jalur Pendakian Gunung Merbabu, Jalur Favorit Kamu Yang Mana Trasnportasi menuju gunung lawu dari Jakarta sekarang memang mudah kamu bisa menggunakan bus Sudiro Tungga Jaya atau disebut STJ yang berpusat di Maospati . Bus satu ini melayani rute Ponorogo – Jakarta, Jakarta -Ponorogo dengan jalur lewat jalan tembus sarangan dan pastinya jika kamu naik bus ini bisa turun di pos cemoro kandang dan cemoro sewu. Harga tiket bus sudiro tungga jaya dari Jakarta berkisar 200k – 375k sekali jalan , pemberhentian terakhir adalah kota reog alias Ponorogo yang memiliki wisata unggulan Telaga Ngebel sebelas dua belas sama Telaga Sarangan yang ada di lereng gunung lawu. Jadi buat kamu yang ingin melakukan pendakian ke gunung lawu khususnya yang berada dari Barat bisa naik bus Sudiro Tungga Jaya lebih praktis karena langsung turun didepan bascame pendakian gunung lawu.

Desember akhir tahun 2000 saya dan enam anggota kelas satu lainnya melakukan pendakian ke gunung tertinggi di Jawa Barat dan memilih jalur palutungan, karena dianggap lebih cocok untuk pendaki pemula. Saya berangkat pagi hari dari terminal cilembang tasikmalaya menumpang bus tujuan Cirebon dan berhenti di pertigaan cigugur kuningan.
Gunung Lawu dengan ketinggian Mdpl. merupakan salah satu tujuan favorit pendaki. Selain dari jalur Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang, pendaki juga bisa mencapai puncak Gunung Lawu via Candi Cetho. Gunung Lawu terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung Lawu terletak di antara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Tentang Candi Cetho Kali ini saya akan memilih Pendakian melalui jalur Candi Cetho yang letaknya di kawasan Ngargoyoso Kabupaten Karang Anyar, Jawa Tengah. Pintu pendakian Candi Cetho sangat mudah untuk diakses karena letaknya memang berada di kawasan wisata. Jalur Candi Cetho ini juga sangat populer dikalangan para Pendaki. bagaimana tidak? Cetho ini memiliki jalur paling panjang diantara 2 jalur lainnya Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang. Jalur Cetho juga terkenal dengan Sabana yang sangat luas dan pemandangan yang sangat indah, serta mitos-mitos keangkeran yang ada sejak dulu menyelimuti di jalur ini. Berikut Artikelnya Kali ini saya akan mengulas perjalanan pendakian saya dari Jakarta menuju Gunung Lawu. Saya akan mencoba untuk benar-benar meminimalisir budget yang saya gunakan guna mencapai basecamp Gunung Lawu. Basecamp nya sendiri terletak di kabupaten Karang anyar Jawa Tengah. membutuhkan waktu sekitar Β±15 jam untuk mencapai tempat ini dari titik pemberangkatan awal, yaitu Jakarta. Akses Transportasi Perjalanan menuju basecamp Gunung Lawu bisa menggunakan beberapa angkutan umum antar provinsi seperti Kereta,Bus dan tentu Pesawat Terbang untuk sampai di Solo. Untuk meminimalisir budget perjalanan, saya memilih kereta untuk transportasi menuju Solo, stasiun tujuan saya adalah Solojebres Solo. untuk pembelian tiket yang pasti pilih EkonomiC yamurah meriah. ada beberapa pilihan kereta EkonomiC menuju Solojebres. antara lain Matarmaja EkonomiC dan Brantas EkonomiC. Harganya bervariasi mulai dari tapi ingat, di Indonesia ini semakin murah semakin ramai, jadi ya kalian harus rela desak-desakan. Tips Dikarenakan tiket Ekonomi ini cepat sekali habis, disarankan memesan dari jauh-jauh hari sebelum jadwal pemberangkatan kereta. - Baiknya dari H-30/2 minggu sebelum pemberangkatan kereta. - Jika tidak ingin berlama lama di Jawa Tengah akan lebih irit jika sudah memesan tiket pulang pergi. - Toh kalopun gajadi bisa refund walau sedikit ribet. Saya sendiri menggunakan kereta Brantas dengan harga yang terjangkau, tiket untuk perorangan berkisar untuk sekali pemberangkatan, Perjalanan ditempuh Β±11 jam dari stasiun SENEN-SOLO. SoloJebres menuju Basecamp Jarak tempuh Stasiun-Basecamp Cetho itu masih tergolong lumayan jauh Β±25km dari stasiun SoloJebres waktu tempuh Β±2jam perjalanan menggunakan mobil. Setelah bertanya tanya dengan beberapa penjual makanan di area Stasiun, ternyata tidak sulit untuk mencari kendaraan menuju basecamp, Di stasiun SoloJebres banyak warga setempat yang menyediakan angkutan pribadi yang siap mengantar sampai ke depan basecamp Gunung Lawu via Candi Cetho, harga yang ditawarkan pun masih terjangkau, kisaran 300-350/untuk sekali pengantaranjangan lupa tawar menawar Selesai nego menego saya mendapatkan mobil yang siap mengantar menuju basecamp dengan biaya antar. karna saya berangkat dengan 7 orang, jadi = Masih sangat terjangkau kan? Tidak lama istirahat di Stasiun saya pun langsung bergegas menuju basecamp, setelah 1 jam perjalanan ke arah basecamp jalan mulai menanjak dan berbelok-belok, jalan akan lebih menanjak ketika sudah dekat dengan basecamp. Total biaya transportasi dari Jakarta-Basecamp Total biaya untuk perjalanan pergi dari Jakarta menuju Candi Cetho, saya cukup menghabiskan uang saja untuk transportasi keberangkatan dari Jakarta sampai Basecamp Gunung Lawu. Lumayan banget kan buat meminimalisir biaya. jika sudah mempersiapkan dengan matang untuk tiket pulang-pergi berarti hanya membutuhkan biaya Β± taruh lah untuk PP sudah balik sampai Jakarta. Akses jika melakukan perjalanan solo/sendiri - Jika kalian melakukan perjalanan sendiri/solo dan tidak mungkin untuk Carter mobil sendirian karna terlalu mahal, kalian bisa menggunakan angkutan umum mobil elf yang menuju ke pasar kemuning, biayanya Β± dari pasar kemuning lanjut naik ojek sampai Basecamp Candi Cetho. Biaya Β± - Perjalanan menggunakan elf dilakukan jangan lewat dari jam 0400sore. Karna setau saya di jam segitu sudah sangat jarang elf yang beroperasi. Ini hanyalah estimasi perjalanan, usahakan membawa uang lebih/tidak cekak, karna perjalanan setiap orang pasti berbeda-beda dan artikel ini hanya membahas tentang biaya transportasi, jadi untuk biaya logistik dll tidak dijelaskan ya. Ringkasan estimasi perjalanan Stasiun-Kereta-Harga-PP SENEN-SOLOJEBRES - BRANTAS SENEN-SOLOJEBRES - MATARMAJA Carter Mobil /Pergi /Pulang Pergi Γ· 7 = Pulang Γ· 7 = = - Kereta yang tertera adalah Kereta Ekonomi C - Charter Mobil Avanza, Ertiga, Luxio. Itu adalah sedikit gambaran tentang estimasi perjalanan saya dari Jakarta ke Gunung Lawu. Estimasi tidak akan selalu sesuai dengan gambaran perjalanan sesungguhnya, jadi persiapkan semua dengan matang. Kita tidak akan tau apa yang akan terjadi dijalan/dipendakian, tapi jika kita sudah dipersiapkan semua dari awal, insyaallah semua akan baik-baik saja. Keep safety. Jaga kebersihan dan bawa turun sampahmu. Note Pendakian ini dilakukan pada akhir tahun 2019 Semoga bermanfaat. dan jangan lupa share ya. Terima Kasih DariJakarta Menuju ke Basecamp Lawu Barokah Untuk menuju ke Gunung Lawu, dari Jakarta kita menggunakan kereta dengan tujuan ke Purwosari (Solo) dengan menempuh perjalanan selama 8 jam. Selama perjalanan kita habiskan dengan ngobrol, bercanda dan juga main uno.
MAGETAN, – Gunung Lawu merupakan salah satu tujuan favorit wisata pendakian saat ini. Jalur pendakian yang jelas dan tidak terlalu memakan waktu merupakan daya tarik bagi para pendaki. Ada tiga jalur populer menuju puncak Gunung Lawu yang biasa dilalui para pendaki. Ketiga jalur itu adalah Cemara Kandang dan Candi Cetho yang ada di Kabupaten Karanganyar, serta Jalur Cemoro Sewu di Kabupaten Magetan. Baca juga Bukit Mongkrang di Karanganyar yang Cocok untuk PemulaDari ketiga jalur pendakian tersebut, Cemoro Sewu menjadi jalur yang paling banyak dilalui para pendaki Gunung Lawu. Hal itu karena jarak tempuh menuju ke puncak yang lebih singkat daripada dua jalur lainnya. Basecamp Pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu berada di pinggir jalan tembus Karanganyar-Magetan. Lokasinya tidak begitu jauh dari Basecamp Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang. Seputar Basecamp Pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu Kebanyakan pendaki menuju Basecamp Cemoro Sewu dengan kendaraan pribadi seperti sepeda motor atau mobil. Tentunya hal itu hanya bisa dilakukan mereka yang berdomisili di sekitar Gunung Lawu, misal Kota Solo atau Magetan. Baca juga 6 Gunung di Jawa Tengah yang Cocok untuk Pendaki Pemula Namun bagi mereka yang tempat tinggal atau domisilinya jauh, seperti Jakarta, kemungkinan besar penggunaan kendaraan pribadi kurang populer. Menggunakan kendaraan umum menjadi pilihan terbaik yang bisa dilakukan. Wikan Prasetya Peta Jalur Pendakian Gunung Lawu via Cemara Sewu dan Cemara menuju Basecamp Cemoro Sewu menggunakan kendaraan umum bukanlah hal yang sulit. Meski tidak bisa sekali jalan, pilihan moda transportasi tetap bisa didapatkan dengan mudah. KompasTravel sempat berkunjung ke Basecamp Cemoro Sewu pada Jumat 21/06/2019 dan bertanya tentang panduan transportasi bagi para pendaki dari wilayah barat, seperti Jakarta atau Bandung yang ingin mendaki Gunung Lawu via Cemoro Sewu dan Cemara Kandang. Menuju Basecamp Pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu Jumat itu, KompasTravel bertemu dengan petugas basecamp bernama Arik Purnomo yang menjabarkan tentang info transportasi umum menuju Basecamp Cemoro Sewu. Berikut ini panduan transportasi yang bisa kamu ikuti. 1 Menuju Kota SoloModa transportasi paling mudah pertama yang bisa digunakan para pendaki adalah kereta api. Jika menggunakan kereta ekonomi, maka pendaki bisa turun di stasiun Purwosari atau Solojebres. Lebih baik jika tiba di Kota Solo pada pagi atau dini hari. Selanjutnya dari stasiun, perjalanan dilanjutkan menuju Terminal Tirtonadi. Ada banyak transportasi yang bisa digunakan, mulai bus kecil, Batik Solo Trans, hingga ojek atau taksi online. 2 Naik bus menuju Terminal Tawangmangu Dari Terminal Tirtonadi, perjalanan dilanjutkan menuju Tawangmangu dengan menggunakan bus. Biasanya yang kerap digunakan untuk menuju Tawangmangu adalah Rukun Sayur atau Langsung Jaya. Tarif bus adalah Rp hingga Rp Bus jurusan Tawangmangu dari Terminal Tirtonadi biasanya masih beroperasi hingga maghrib. Lebih baik jika pendaki sampai di terminal terbesar Kota Solo itu sejak sore hari, agar tidak kehabisan bus menuju Tawangmangu. 3 Tawangmangu menuju Basecamp Cemoro Sewu Setibanya di Tawangmangu, perjalanan dilanjutkan dengan angkutan lokal atau L300. Kendaraan ini berupa semacam angkot. Nantinya kendaraan ini akan membawa pendaki sampai Basecamp Cemoro Sewu atau Cemara Kandang. Wikan Prasetya Gunung Lawu dilihat dari Bukit Mongkrang angkutan lokal ini adalah Rp sampai Rp tergantung jumlah penumpang. Jika penumpang banyak, maka harganya hanya Rp Namun, jika jumlah penumpang di bawah tujuh, harganya adalah Rp Angkuan lokal ini tersedia setiap saat di sekitar Pasar Tawangmangu. Namun jika malam, maka harganya akan lebih mahal karena sudah lewat jam operasional. Tarif carter kendaraan dan perjalanan kembali Jika pendaki datang rombongan, maka mereka lebih baik mencarter L300 yang biasanya tersedia di Stasiun Solojebres dengan tarif Rp sampai Rp sekali jalan. Itu karena tarif yang dibayar per orang nantinya sama dengan angkutan umum seperti biasa. Baca juga 5 Jalur Pendakian Resmi Gunung Merbabu, Kamu Pilih Mana? Sementara untuk perjalanan turun, bus hanya beroperasi hingga pukul WIB dari Tawangmangu. Sementara angkutan lokal yang lewat Basecamp Cemoro Sewu biasanya hanya sampai sore hari saja. Pendaki yang ingin mencarter kendaraan untuk kembali ke Kota Solo bisa langsung menghubungi pihak Basecamp Cemoro Sewu. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Iniadalah pertama kalinya saya ke puncak Gunung Lawu. Pemandangan di Gunung Lawu ternyata baru akan terlihat sangat indah ketika kita sudah melewati pos 4. Padang rumput yang luas serta bunga edelweis akan mulai kita jumpai seletah melewati pos 5 yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pos 4. Sekitar jam 7 pagi saya tiba di puncak Hargo Dumilah Pendakian terakhir 7 gunung tertinggi di pulau JawaHalo, Assalamualaikum! Rasanya, baru lagi nih ngetak-ngetik setelah beberapa bulan dikekang sama penyakit mager level akut wkwk. Jangankan untuk nulis, buka laptop pun aja mager banget rasanya hahaha. Padahal, sebenarnya pengen banget sharing perjalanan terakhir gue tentang Solo Trip Pendakian ke Gunung Raung di bulan Desember 2020 kemarin. Baiklah, gue coba ceritakan kembali mumpung belum lupa, semoga belum basi yak, bulan Desember 2020 kemarin, Alhamdulillah, gue dapat berkesempatan mendaki gunung Raung dan sekaligus juga menuntaskan pendakian tujuh gunung tertinggi di pulau Jawa Seven Summits of Java versi pendaki. Di samping itu, pendakian gunung Raung juga merupakan wish list terakhir gue di tahun 2020 setelah gunung Dempo. Dan, Alhamdulillah gue bisa menyambanginya setelah sebelumnya mengalami beberapa perencanaan yang tertunda terus, hehehe. Rejeki ga kemana!Pada pendakian gunung Raung ini, masih bertemakan solo hiking! "Kok, kayanya hobby banget solo hiking terus?", tanya salah seorang dari kawan gue. Beberapa alasan mendasar yang menjadi alasan gue untuk melakukan solo hiking bukan lain dan bukan tidak karena sulitnya mencari teman barengan. Ketidakcocokan jadwal dari masing-masing kami menjadi salah satu penyebabnya. Maklum, rata-rata punya kesibukan dan urusannya masing-masing. Walaupun pendakian ini bertemakan solo hiking, namun gue tetap menggunakan jasa open trip. Kenapa begitu? yap, karena salah satu persyaratan untuk melakukan pendakian gunung Raung yaitu harus didampingi dan menggunakan jasa pemandu guide setempat yang sudah berpengalaman, mengingat sulitnya medan pendakian sehingga memerlukan alat-alat climbing yang proper. Menurut gue, itu hal yang bagus. Jadi, tidak sembarang orang dapat melakukan pendakian, sekaligus juga sebagai bentuk pencegahan terjadinya kecelakaan dalam 1Dengan menyandang status yang sudah tidak bujang lagi, dalam hal perizinan mendaki lumayan mengalami sedikit hambatan. Sekarang, restu istri pun menjadi sebuah prioritas, hahaha. Maklum, namanya juga pergi naik gunung, pergi dari rumah berhari-hari dan tanpa kabar. Siapa yang ga resah, kan? hehe. Setelah restu didapat, siang itu tanggal 24 Desember 2020 gue bertolak menuju bandara Soekarno-Hatta dengan menggunakan bus DAMRI dari Depok. Kok, bandara? Yap, pada perjalanan kali ini gue tidak menggunakan jalur darat lagi seperti yang gue lakukan pada pendakian gunung Dempo sebelumnya, haha. Walaupun sebenarnya bisa, namun gue memilih menggunakan pesawat, guna mempersingkat waktu perjalanan. Sebab, akan membuang banyak waktu apabila menggunakan jalur darat, mengingat titik basecamp gunung Raung berada di Kalibaru, Banyuwangi. Sekitar 90 menit sebelum waktu lepas landas, gue sudah tiba di bandara Soekarno-Hatta. Penerbangan gue kali ini menuju Surabaya dengan jadwal take-off pukul 1800 WIB. Hal ini sama juga seperti pada pendakian gunung Arjuno-Welirang di tahun 2019 lalu, yaitu dengan menggunakan pesawat menuju Surabaya. "Kenapa memilih Surabaya?", "Kenapa ga langsung ke Banyuwangi aja?". Ada beberapa alasan dan pertimbangan kenapa gue memilih ke Surabaya, diantaranya adalah;Harga tiket pesawat Jakarta ke Surabaya lebih murah ketimbang ke penerbangan Jakarta ke Surabaya lebih fleksibel ketimbang ke Banyuwangi terletak lumayan jauh dari lokasi basecamp, sehingga perlu menggunakan transportasi lagi untuk hendak melakukan check-in, kemudian petugas maskapai menginfokan bahwa penerbangan mengalami delay, yang seharusnya pesawat berangkat pukul 1800 WIB bergeser menjadi pukul 1915 WIB. Panik, dong? Jelas, gue panik banget, karena gue sudah merencanakan untuk melanjutkan ke Kalibaru Banyuwangi dengan menggunakan jasa angkutan travel pada pukul 2030 WIB, dan gue pun sudah membuat janji dengan driver tersebut untuk dijemput di bandara Juanda Surabaya pada jam yang sudah dijadwalkan. Semoga aja masih keburu. Jadi, buat kalian yang ga mau ribet untuk menuju Banyuwangi dari Surabaya, sebaiknya gunakanlah jasa angkutan travel seperti ini. Kalian tinggal duduk aja dan ga perlu repot gonta-ganti transportasi lagi. Sudah banyak juga beberapa titik penjemputannya, salah satunya dari Bandara Juanda yang ga gue inginkan akhirnya terjadi, pesawat baru landing di bandara Juanda Surabaya pada pukul 2030 WIB, jam yang seharusnya travel tersebut sudah berangkat! Dengan rasa tergesa-gesa, gue langsung bergegas menuju tempat pengambilan bagasi sambil menghubungi si driver tersebut untuk minta agar gue ditungguin, hahaha. Dengan raut muka yang kesal dan bete pada saat itu, Alhamdulillah si driver masih setia nungguin gue di halaman parkir bandara, wkwkwk. Ga lupa juga gue bilang maaf dan terima kasih sudah mau nungguin, hehe. Tidak lama dari itu, mobil travel mulai bertolak dari bandara Juanda Surabaya menuju Kalibaru Banyuwangi. Jika dilihat dari schedule tersebut, travel akan tiba di Kalibaru Banyuwangi sekitar pukul 0400 WIB pagi. Mari kita nikmati 2Surabaya - Kalibaru - BasecampKetika memasuki daerah sekitar Lumajang, mobil yang gue tumpangi mampir ke salah satu rumah makan. Pada saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 0213 WIB. Rupanya, travel ini sudah include dapat makan juga, mantap! Hahaha. Alhamdulillah, bisa isi perut dulu, hehe. Selepas isi perut, perjalanan dilanjutkan kembali. Jam demi jam berlalu, dan rasa cemas pun tiba-tiba terbesit dalam pikiran, "kira-kira bakal keburu ga ya tiba di Kalibaru sebelum pukul 0600 WIB pagi?", mengingat kondisi lalu lintas pada saat itu terbilang sangat padat. Jadi, jika mengacu dari jadwal/rundown trip pendakian, kami para pendaki diwajibkan sudah tiba di basecamp maksimal pukul 0600 WIB pagi, karena pendakian akan dimulai pada pukul 0700 WIB. Semoga aja keburu. Aamiin. Alhamdulillah, sekitar pukul 0450 WIB gue sudah tiba di Kalibaru, lokasi persisnya itu di dekat sebuah pasar, biasanya warga lokal menyebutnya Pasar Kalibaru. Di lokasi inilah sebagai tempat bertemunya gue dengan salah seorang pemandu trip. Oh, iya, salah satu pemandu yang menjadi PIC untuk trip Raung kali ini bernama Mas Nuggi. Selang 5 menit menunggu, kemudian gue langsung dijemput oleh Mas Nuggi untuk langsung menuju ke salah satu klinik yang berada di daerah sana sebelum menuju basecamp. Jika ditanya, "mau ngapain ke klinik?". Jadi, kami para pendaki masih diwajibkan untuk cek kesehatan fisik sebagai syarat untuk melakukan pendakian, dan diwajibkan dilakukan pemeriksaan di puskesmas/klinik yang berada di daerah Kalibaru saja. Di luar dari daerah tersebut tidak berlaku. Hmmm, repot juga ya? Maklum, inilah risiko mendaki di kala dilakukan pemeriksaan kesehatan, kemudian gue dan pendaki yang lainnya langsung menuju basecamp dengan menggunakan sepeda motor. Seperti yang diketahui, terdapat beberapa basecamp pendakian di gunung Raung. Biasanya para pendaki menyebutnya dengan nama basecamp A, basecamp B, atau basecamp C. Basecamp untuk trip pendakian ini bernama "Basecamp Pak Aldi". Menurut Mas Nuggi, jarak dari klinik ke basecamp tidak terlalu jauh, hanya saja jalur yang dilalui memang kurang bagus. Sekitar 15 menitan perjalanan, pada pukul 0620 WIB gue sudah tiba di basecamp dan pada saat itu juga sudah ada beberapa pendaki yang tengah rapih-rapih packing dan sarapan. Oke, mari kita packing juga! Day 2Basecamp - Camp 1Setelah beres sarapan dan repacking alat-alat pendakian, kemudian gue dan 13 pendaki lainnya diberikan briefing singkat oleh Mas Nuggi. Pada briefing tersebut, hanya membahas mengenai detail fasilitas trip pendakian yang didapat, protokol kesehatan selama pendakian, dan pembagian alat-alat climbing pendakian. Untuk fasilitas trip pendakian, mengikuti kategori paket mana yang dipilih. Adapun beberapa fasilitas yang gue dapat pada salah satu paket trip pendakian yang disediakan, di antaranya adalahGuide RaungSimaksi pendakian - alat panjat safetyOjek Kalibaru - Basecamp PPOjek Basecamp - Pos 1 PPRumah singgah Basecamp Pak AldiPorter air tim 15/30Makan 2x berangkat dan pulang di basecampMug gunung RaungDokumentasi timDari beberapa fasilitas yang disediakan, menurut gue ini sudah lumayan murah ketimbang yang ditawarkan oleh pihak penyelenggara trip lain. Oke, lanjut ke cerita. Selesai briefing, kemudian kami langsung diantar menuju Camp 1 dengan menggunakan ojek motor. Sebelum dilanjutkan ke Camp 1, kami terlebih dahulu diwajibkan berkumpul di kantor sekretariat gunung Raung untuk melakukan registrasi ulang sekaligus juga mengikuti pengarahan dari petugas setempat. Pengarahan di sini lebih ditekankan pada aturan dan tata tertib selama pendakian. Setelah dari itu, langsung dilanjutkan menuju Camp 1. Lama perjalanan dari lokasi kantor sekretariat ke Camp 1 tidak begitu jauh, kurang lebih sekitar 25-30 menit dengan menggunakan ojek motor. Sekitar pukul 0821 WIB pagi, gue sudah tiba di Camp 1. Saat tiba di Camp 1, rupanya sudah banyak rombongan pendaki yang berasal dari trip lain. Camp 1 di sini kalo gue bisa bilang, mirip seperti pangkalan ojek motor, wkwk. Seru juga, sih. 2Camp 1 - Camp 2Dari Camp 1, pergerakan berikutnya yaitu dengan berjalan kaki. Jika dilihat dari rundown, lama perjalanan Camp 1 menuju Camp 2 itu kurang lebih 3 jam! Jauh banget, dong? hahaha. Trek awal masih berupa pekarangan kebun kopi, jalur berlika-liku, dan hanya sedikit menanjak. Makin terus bergerak, lama kelamaan napas mulai kembang kempis juga, wkwkwk. Padahal, jalurnya belum begitu ekstrim, tapi fisik sudah terasa capek, sepertinya ini karena isi keril yang berat, haha. Setelah 45 menit berjalan, kami tiba pada sebuah pondokan, yang biasanya para pendaki menyebutnya dengan Camp 2 Bayangan. Oke, langsung turunkan keril dari pundak dan istirahatin kaki sebentar. Sinar matahari pada saat itu sangat terik di kulit, dan keril pun diberatkan oleh logistik beserta alat climbing, hal itulah yang membuat fisik terkuras habis. Tidak mau berlama-lama beristirahat, perjalanan dilanjutkan kembali. Selepas Camp 2 Bayangan, trek mulai memasuki hutan, walaupun ga begitu tertutup rapat. Sejauh ini, belum ditemukan medan yang terbilang curam atau terjal, masih trek landai dan sedikit menanjak saja tapi sangat panjang, haha. Sesekali juga kami break singkat di tengah-tengah perjalanan cuma untuk mengumpulkan napas yang semakin ga stabil, wkwk. Pergerakan terus dilakukan hingga akhirnya kami tiba di Camp 2 sekitar pukul 1100 WIB. Saat kami baru tiba di Camp 2, belum banyak pendaki yang ada di sana, baru beberapa saja. Dan selang beberapa menit kemudian disusul oleh pendaki yang lainnya. Camp 2 memiliki area yang cukup luas, di mana terdapat sebuah pondokan yang bisa digunakan oleh para pendaki untuk berteduh apabila turun 2Camp 2 - Camp 3Saking asiknya kelamaan beristirahat, sampai lupa kalau perjalanan harus dilanjutkan kembali, hahaha. Seluruh anggota tubuh pun terbawa suasana mager. Beginilah kalau kelamaan istirahat. Oke, perjalanan kami lanjutkan kembali menuju Camp 3. Trek menuju Camp 3, menurut gue, tidak jauh berbeda dengan trek-trek sebelumnya. Mungkin karena semakin menipisnya tenaga, trek-pun terasa makin berat, hmmm. Ga kerasa juga persediaan air minum semakin berkurang seiring tegukan demi tadinya rombongan kami berjalan beriringan, lama kelamaan semakin berjarak dan terbagi, hahaha. Rombongan yang depan untuk kaum-kaum yang bernapas kuda, sedangkan rombongan yang belakang untuk pasukan-pasukan usia lanjut, wkwk. Gue akuin, fisik gue pun hancur-hancuran juga. Ga tau, kenapa bisa capek banget! Hahaha. Saat memasuki pukul 1225 WIB, kami akhirnya tiba di Camp 3. Alhamdulillah, bisa selonjoran dulu, hehehe. Tidak seperti Camp 2, area Camp 3 tidak begitu luas. Jika dikira-kira, hanya cukup diisi untuk 2-3 tenda yang berkapasitas 4 saja. Saat sedang nyaman beristirahat, tiba-tiba turun gerimis. Pergerakan pun kami lanjutkan kembali dengan harapan bisa tiba di Camp 4 sebelum hujan deras turun. Day 2Camp 3 - Camp 4Selepas Camp 3, trek pendakian berubah jadi menurun. Tentu ada rasa senang, karena pergerakan menjadi lebih cepat dari sebelumnya, hahaha. Saat di tengah perjalanan menuju Camp 4, cuaca semakin kurang bersahabat. Yang tadinya hanya sekadar rintik-tintik ringan, tiba-tiba beralih menjadi tumpahan hujan yang sangat deras. Sepatu dan beberapa pakaian lainnya sudah tidak terbendung lagi oleh air hujan yang sudah membasahi kemana-mana. Air hujan dan keringat seakan sudah menyatu di kami akan makan siang di Camp 4. Namun, sepertinya akan sangat merepotkan sekali apabila hujan tak kunjung reda juga. Karena kondisi hujan pada saat itu, membuat rombongan kami semakin terbagi lagi. Sebab, ada yang memutuskan berhenti untuk berteduh, ada juga yang tetap lanjut bergerak. Gue salah satu yang tetap lanjut bergerak. Alhamdulillah, kondisi hujan mulai mereda seiring pergerakan naik menuju Camp 4. Dan sekitar pukul 1330 WIB, kami tiba di Camp 4. Tidak lama-lama, segera mengisi perut dengan bekal nasi bungkus yang sudah kami bawa dari basecamp. Ketika sedang asik-asiknya menyantap makanan, tiba-tiba hujan turun lagi. Terpaksa harus melanjutkan makan di bawah flysheet salah satu pendaki yang sedang berteduh juga. Hmmm. Foto diambil saat perjalanan turun ke Camp 1Day 2Camp 4 - Camp 5 - Camp 6 - Camp 7Seberes makan, perjalanan dilanjutkan kembali. Waktu pada saat itu sudah menunjukkan pukul 1415 WIB. Walaupun perut sudah diisi, ternyata tidak memberikan dampak yang signifikan juga untuk gue. Fisik masih saja loyo seperti yang sebelum-sebelumnya. Atau, ini sebenarnya disebabkan karena kondisi hujan? Bisa jadi berpengaruh. Beban keril juga terasa semakin berat karena sebagian kondisinya sudah basah. Jika dilihat dari rundown pendakian, jarak dari Camp 4 menuju Camp 7 memakan waktu sekitar 3 jam. Kondisi hujan yang tak kunjung reda disertai medan pendakian yang berubah menjadi tidak karuan, menyebabkan gue tidak bisa mendokumentasikan pendakian. Jangankan untuk mengambil gambar, untuk menaikkan keril yang merosot dari pundak aja rasanya udah minta ampun, wkwk. Bergerak dan istirahat, cuma itu yang bisa gue terapkan untuk dapat segera tiba di Camp 7. Di kepala hanya terbesit motivasi, "Camp 7, Camp 7, Camp 7". pendakian sudah mulai terbuka dan melipir ke arah kiri, ini menandakan bahwa Camp 7 sudah semakin dekat. Karena hari sudah memasuki waktu petang, jarak pandang menjadi sangat terbatas. Ga ada lagi yang gue inginkan pada saat itu, kecuali dapat segera tiba di Camp 7. Udah capek, coy! Hahaha. Alhamdulillah, sekitar pukul 1740 WIB, akhirnya tiba juga di Camp 7. Gue cukup kesulitan mencari lapak untuk membuka tarp tent, karena hampir semua sudut di area ini sudah dipadati oleh tenda para pendaki. Oh, iya, di pendakian gunung Raung kali ini gue menggunakan tarp tent. Sama seperti pada saat pendakian di gunung Dempo waktu lalu. Seberes mendirikan tarp tent dan makan malam, mata secara otomatis terpejam kantuk. Tidur pulas pun tidak terelakan lagi. Mari kita simpan tenaga untuk summit jam 2 dini hari 3Camp 7 - Camp 8Sekitar pukul 0120 dini hari, suara bising dan lalu-lalang langkah kaki mulai terdengar dari luar tenda. Ternyata sudah ada beberapa rombongan pendaki lain yang berangkat summit lebih awal. Sambil mengusap mata yang masih kantuk-kantuknya, sarapan instan pun dibuat sebagai asupan tenaga sebelum melakukan summit. Diselingi juga menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang akan dibawa untuk summit. Air mineral 1,5 liter, alat-alat climbing, P3K, dan beberapa camilan, semuanya sudah ter-packing rapi dalam backpack yang akan gue bawa. Kami mengawali summit sekitar pukul 0230 WIB. Check point berikutnya adalah Camp 8. Oke, Bismillah, semoga lancar, info dari salah seorang guide rombongan kami, Pak Aldi, jarak Camp 8 sampai dengan Camp 9 masing-masing memakan waktu kurang lebih hanya satu jam. Ya, lumayan, tidak sampai berjam-jam, wkwk. Dinginnya udara mulai menggerogoti hampir ke seluruh bagian tubuh, tak terkecuali satupun. Apalagi ketika tubuh berdiam sejenak saat break di tengah jalur pendakian. Kondisi sepatu yang masih basah bekas kehujanan kemarin, menjadi penyumbang dingin paling banyak. Kedua sarung tangan yang dikenakan juga tidak memberikan dampak apa-apa. Tangan masih saja terasa kebas. Dengan napas yang terpengap-pengap, sekitar pukul 0330 WIB, akhirnya kami tiba di Camp 8. Pada saat itu, belum ada sinar matahari yang mengintip ke permukaan, hanya pekatnya gelap yang masih terbungkus rapat. Tidak banyak yang bisa diamati jelas pada sekitar. Singkat istirahat, pergerakan dilanjutkan kembali menuju Camp 3Camp 8 - Camp 9 - Puncak BenderaSemakin bergerak ke atas, pantulan sinar matahari perlahan mulai merambat naik dikit demi sedikit. Cahaya berwarna emas kemerah-merahan matang nampak begitu indah untuk dipandang. Kedua lensa bola mata sangat begitu antusias merekamnya. Tidak ada sedikitpun pandangan yang dipalingkan. Kira-kira, seperti itulah sambutan yang diberikan oleh alam semesta untuk seluruh makhluk yang ada di Bumi. Indah dan penuh hangat. Masya Allah. Sekitar pukul 0500 WIB, kami sudah tiba di Camp 9. Di Camp 9, kami hanya sekadar beristirahat sambil ngobrol-ngobrol aja, karena rencananya, kami akan memasang peralatan climbing di Puncak Bendera. Selepas beberapa menit, pergerakan kami lanjutkan kembali. Sama seperti gunung-gunung lain ketika ingin menuju puncak, jalur pendakian sudah tidak lagi berupa hutan yang tertutup. Jalur sudah mulai didominasi oleh bebeatuan kecil dan sedang. Biasanya kita menyebutnya dengan "batas vegetasi". Dari kejauhan, Puncak Bendera sudah dapat dilihat. Alhamdulillah, satu per satu dari kami tiba di Puncak Bendera sekitar pukul 0530 WIB. Di sini, sudah tidak ada lagi pohon tinggi yang dapat melindungi kami dari terpaan angin, udara dingin pun tidak terelakan lagi untuk tubuh. Tidak lama setelah kami tiba di puncak, Pak Aldi mulai memasangkan alat climbing ke kami secara bergantian. Seberes alat climbing sudah terpasang seluruhnya, selanjutnya beliau memberikan briefing singkat mengenai beberapa panduan, tips, dan himbauan terkait trek yang akan kami lalui berikutnya, hingga akhirnya tiba di titik terakhir, yakni Puncak Sejati. Day 3Puncak Bendera - Puncak SejatiSekitar pukul 0600 WIB, kami mulai mengawali langkah menuju Puncak Sejati. Selepas Puncak Bendera, jalur pendakian sudah full 100% bebatuan dan berpasir. Langkah yang hati-hati sangat diperlukan dalam mengarungi trek demi trek-nya. Pandangan pun harus terus terfokus pada tiap pijakan yang kita pilih. Dengan formasi yang membentuk satu barisan memanjang, menjadikan standar safety yang wajib diterapkan oleh kami. Ketika hendak bergerak maju, memanjat atau turun, harus dipastikan carabiner sudah terkait dengan benar ke webbing dan kernmantle. Sebenarnya, tidak begitu sulit saat menggunakan alat-alat tersebut selama digunakan dengan baik dan benar sesuai yang diinstruksikan. Namun tetap perlu berhati-hati dan mawas menuju Puncak Sejati, tidak seluruhnya diperlukan alat climbing, karena selepas melewati jalur siratal mustaqim, jalur sudah mulai kondusif dan bisa dilalui tanpa alat climbing lagi. Dari sini, Puncak Sejati sudah mulai terlihat dari bawah, tinggal melewati satu tanjakan terakhir lagi. Jalur sudah berubah menjadi yang menanjak terjal. Medan pendakian sudah didominasi oleh bebatuan kecil, sedang, hingga besar. Perlu kehati-hatian ketika berada di sana, karena sering kali batu berjatuhan dari arah atas. Saking vertikalnya tanjakan tersebut, gue cuma bisa melangkahkan kaki selangkah dua langkah aja, kemudian berhenti untuk menghela napas. Engap, coy! Hahaha. Hal itu konstan gue lakukan, hingga akhirnya dapat membawa gue tiba di Puncak Sejati tepat pada pukul 0820 WIB. Perjuangan yang harus dibayar kontan, Alhamdulillah. Mari abadikan moment yang indah 3Puncak Sejati - Camp 7 - BasecampGa kerasa sudah 30 menit berlalu saat di Puncak Sejati. Selanjutnya, kami mulai meninggalkan puncak dan kembali turun ke Camp 7. Tidak lupa juga kami mampir ke Puncak Tusuk Gigi untuk sekadar mengambil gambar. Puncak Tusuk Gigi sendiri merupakan sebuah area yang diisi oleh tumpukan batu-batu besar yang menjulang tinggi memanjang. Karena hal itulah disebut dengan "Puncak Tusuk Gigi". Selepas itu, kami lanjutkan perjalanan turun ke Camp 7. Waktu sudah siang dan matahari semakin terik. Sekitar jam 1200 WIB, kami sudah tiba di Camp 7, Alhamdulillah. Mari luruskan kaki sambil masak untuk makan siang, hehehe. Rencananya, gue masih menghabiskan satu malam lagi Di Camp 7, dan akan melanjutkan perjalanan turun ke Camp 1 di keesokan harinya. Karena, idealnya memang seperti itu. Setelah melakukan summit yang berat, sebaiknya tubuh diberi waktu istriahat yang lebih. Pagi itu, pagi di hari ke-4, gue dan beberapa pendaki yang lainnya sudah mulai sibuk merapikan dan packing perlengkapan. Bahkan, ada juga yang sudah pergi turun ke Camp 1 duluan. Buru-buru mungkin, hahaha. Sekitar jam 0700 WIB, gue sudah mulai bergerak meninggalkan Camp 7. Bismillah, seharusnya perjalanan turun akan lebih mudah dibanding perjalanan naik kemarin, apalagi ditambah dengan kondisi fisik yang sudah di-recovery, hehe. Benar aja, tidak membutuhkan waktu lama, gue sudah tiba di Camp 1, hahaha. Kemudian dilanjutkan menuju basecamp dengan menggunakan ojek motor yang kebetulan mereka sudah standby sedari tadi. Alhamdulillah, sekitar pukul 1200 WIB, gue sudah tiba di basecamp dan akhirnya bisa mengakhiri pendakian 3 hari 2 malam ini, Summits Pulau Jawa SelesaiAlhamdulillah, pendakian kali ini dapat berjalan lancar, aman, sehat, dan tepat waktu. Mengingat besok pagi adalah jadwal flight kepulangan gue, jadi, pukul 2100 WIB malam nanti, gue akan bertolak dari Kalibaru menuju Surabaya dengan menggunakan travel yang sama seperti saat keberangkatan kemarin. Jadwal dan estimasi waktu tersebut sudah gue atur pada rundown yang gue buat. Semoga saja berjalan lancar dan tidak ada hambatan, Aamiin. Singkat cerita, pagi itu gue sudah berada di Bandara Juanda Surabaya setelah sebelumnya melakukan perjalanan malam yang panjang dari Banyuwangi. Beberapa menit lagi, akan memasuki waktu boarding. Selama menunggu di ruang gate, banyak berseliweran lamunan-lamunan di dalam kepala. Berucap syukur adalah aktivitas yang paling sering gue lakukan pada saat itu. Dengan berakhirnya pendakian gunung Raung ini, Alhamdulillah, berarti gue sudah melengkapi pendakian di tujuh gunung tertinggi di pulau Jawa. Kalau dibilang beruntung, belum tentu. Kalau dibilang rejeki, sudah pasti. Karena, tidak ada hasil yang tanpa pemberian-Nya. Semoga semuanya akan membawa dan memberikan manfaat yang baik untuk di kehidupan sehari-hari. Semoga menular juga untuk puncak-puncak di pulau yang lainnya. Aamiin. Terima kasih.

ObjekWisata di Sekitar Gunung Lawu. Tidak hanya untuk mendaki saja, Gunung Lawu juga punya banyak objek wisata yang indah yang ada di sekitarnya, antara lain: 1. Telaga Sarangan. Telaga Sarangan (@aluwiyya_ on Instagram) Letaknya ada di 1200 mdpl lereng Gunung Lawu bagian timur.

MOUNTAIN LAWU BACKPACKER JAKARTA ==================== Halo guys…. 😍 Mau ikutan tamasya rimba bareng BPJ ke Gunung LAWU buat yang pertama kalianya? Yuk siapkan * uang * Waktu * Cuti buat Yg kerja Catat waktunya πŸ“… Hari jumat – minggu Tgl 19 – 21 Agustus 2016 🎏 MEPO Kamis 18 angustus 2016 jam. 2000 WIB Lokasi Sekretariat BPJ UKi Cawang 🏑 πŸ’° Sharecost Rp βœ… Rincian sharecost 1. Sewa Kendaraan PP 2. Donasi sekret 3. Izin & simaksi 4. Tip dan makan supir ❌ Sharecost tidak termasuk 1. Pengeluaran pribadi 2. Makan pribadi 3. Kasih sayang 4. Curhatan 5. Gandengan INTIN ACARA DISHARE digroupnya. πŸ“’ A T T E N T I O N β€Ό demi kebahagian bersama ==================== 1. Ini sharecost, jadi apapun yg terjadi dinikmati bareng2 baik susah or senangnya. 2. Buat yang ikutan wajib transfer Rp lunas – buat hindari php dan tukang Cancel saat daftar 3. No rek akan d berikan ketika mendaftar 4. Pembatalan / cancel H – 10 sebelum keberangkatan, kalo mau cari penggantinya. Selebihnya uang hangus. 5. Semua tempat disesuaikan dengan kondisi n cuaca saat itu. 6. Kuota terbatas, kalo udah penuh ditutup 7. Peserta wajib mengikuti semua intruksi dari cp dan aturan gunung. 8. Apabila ada sisa sharecost akan disumbangkan ke BPJ untuk berbagai kegiatan positif baik event maupun Baksos 9. KEPERLUAN PRIBADI YG KUDU PUNYA SB,MATRAS,RAIN COAT, HEAD LAMP dan JAKET TEBAL 10. Mau tau G. LAWU seperti apa cek mbah google. 11. Telat, di tinggal πŸ‘‹πŸ˜Ž NO titip, NO boking, 1 No HP, 1 seat β€ΌπŸš DAFTAR ONLY VIA WA, NO CALL πŸ“΅ Cahya 081280277007 Wina. β€ͺ08179947108‬ Terimakasih Salam BPJ Gallery Lainya Hits 731
Bunaradalah desa terakhir untuk pendakian ke Gunung Cakrabuana, disana terdapat lapangan yang menurut masyarakat setempat pada waktu itu sering digunakan menjadi bumi perkemahan pramuka. Trek pertama yang dilalui adalah kebun teh, dan pertama kali saya mendaki gunung cakrabuana, saya baru tau ada kebun teh di kaki gunung cakrabuana.
Gunung Lawu merupakan salah satu gunung favorite para pendaki yang terletak di perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Menurut info nya, Gunung yang memiliki ketinggian 3265 mdpl ini merupakan gunung tertua di Pulau Jawa. Sumber negeriangin Untuk sampai ke Puncak Gunung Lawu kalian dapat melewati tiga jalur yakni Jalur Cemoro Kandang, jalur ini berada di Tawangmangu, Jawa Tengah. Dan jalur yang disajikan lumayan panjang namun lebih landai. Jalur Cemoro Sewu, jalur ini berada di Sarangan, Jawa Timur. Jaraknya sekitar 200 meter dari Cemoro Kandang. Jalur Cemoro Sewu memiliki trek yang agak menanjak tapi dengan waktu tempuh yang cukup singkat dan 98% medan yang disajikan sudah berbentuk tangga dari bebatuan. Jalur Candi Cetho, jalur ini merupakan jalur pendakian terbaru dan banyak beberapa pendaki yang tidak memilih jalur ini meskipun memiliki pemandangan yang lebih indah dibanding kedua jalur di atas, tapi dengan jarak tempuh yang paling panjang. Jalur Pendakian Gunung Lawu bisa dikatakan jalur pendakian paling safety untuk didaki karena mempunyai jalur yang jelas, lebar dan dengan jalur batu yang tertata rapi dari basecamp sampai puncak. Terutama jalur pendakian via Cemoro Sewu. Pada kesempatan kali ini, komunitas Backpacker Jakarta mengadakan pendakian perdana nya ke Gunung Lawu via Cemoro Sewu pada tanggal 18 sampai 21 Agustus 2016 dengan biaya sharecost sebesar Rp / orang dan meeting point di Sekretariat Backpacker Jakarta yang alamat di Jalan Mayjen Sutoyo Kav 48 No 48,Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur, jam Pendakian perdana kali ini di gawangi oleh Cahyadi Arif dan Wina Tobing sebagai CP dengan membawa 28 peserta lainnya. Oh iya, agar pendakian semakin aman karena gunung ini terbilang tinggi, maka ada dua orang peserta yang membantu sebagai tim backup yaitu Rangga dan Arif. Yeahhh! CP Cahya cahyadiarf CP Wina Nah, pasti kalian penasaran dong, bagaimana sih kisah perjalanan pendakian perdana ke Gunung Lawu ini yang kata nya menurut CP, ini merupakan perjalanan yang seru, kompak, kocak serta mengharukan. Yuk kita ulas secara singkat, padat dan jelas tentu nya. Basecamp – Pos 1 Jam Dari gerbang masuk basecamp cemoro sewu perjalanan dimulai dengan melewati jalur yang cukup luas dan batu yang sudah tertata dengan melewati pohon cemara yang rimbun dengan medan yang masih landai. Tetapi sepanjang perjalanan menuju pos 1, peserta sudah terbagi 4 kelompok karena setiap peserta memiliki kekuatan yang berbeda beda. Pos 1 – Pos 2 2 Jam Medan yang disajikan adalah tangga berbatu dan melewati lembahan. Dari sini medan sudah mulai menanjak dan cukup terjal serta menguras tenaga. Disini juga ada tempat datar yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda kecil dekat bebatuan besar. Oh iya, karena ada dua orang peserta yang kelelahan, maka dengan didampingi 1 orang tim backup, perjalanan kedua peserta tersebut harus distop dan akhirnya membangun tenda di pos 2. Pos 2 – Pos 3 2 Jam Dari pos 2, medan yang ditempuh semakin menanjak terjal didominasi dengan bebatuan dan hampir tidak ada bonus. Karena waktu sudah mulai malam, maka semua peserta yang melanjutkan perjalanan mulai memasang headlamp. Perjalanan menuju pos 3 cukup menguras banyak tenaga setiap peserta, tetapi semangat mereka masih terus menyala untuk menggapai puncak. Setelah sampai di pos 3, karena sudah mulai gelap, ditambah angin kencang serta kondisi fisik peserta sudah mulai kelelahan, maka logistikpun di buka dan mulai memasak air untuk menghangatkan tubuh serta mengembalikan stamina yang sudah terkuras cukup banyak. Pos 3 – Pos 4 2 Jam Setelah stamina mulai kembali, perjalanan pun dilanjutkan. Jalur yang disajikan menuju pos 4 adalah tanjakan yang curam dan sama sekali tidak ada jalur landai. Disini ketinggian sudah mencapai sekitar 2800 mdpl. Jalur yang hampir dekat dengan Pos 4 akan ditandai dengan adanya pegangan besi yang berada di samping kanan kiri jalur pendakian walaupun tidak semua nya kokoh. Sepanjang perjalanan menuju pos 4, anginpun semakin kencang, oksigen semakin menipis dan temperatur suhu semakin dingin, bahkan ada beberapa peserta yang mulai kehilangan harapan untuk sampai ke pos 5. Karena ada beberapa peserta dengan kondisi yang tidak memungkinkan, maka dibangun tenda lagi dan perjalananpun di stop untuk peserta tersebut. Pos 4 – Pos 5 30 Menit Hanya perlu berjalan menanjak sedikit saja dari pos 4 kalian akan bertemu dengan jalan yang lumayan datar. Rencana nya semua peserta ingin membangun tenda di Warung Mbok Yem, tetapi mengingat kondisi peserta yang sudah sangat kelelahan dan malam semakin dingin, maka semua sepakat untuk bermalam di pos 5 Warung Pak Diki tanpa membangun tenda. Di warung ini ada banyak makanan seperti nasi pecel, gorengan, teh, indomie dll. Oh iya, sepanjang perjalanan menuju pos 5 terdapat sumur jolotundo lhoh. Pos 5 – Sendang Drajat 20 Menit Setelah beristirahat yang lumayan cukup, sebagian peserta sudah prepare untuk summit ke puncak disusul denga peserta lainnya yang sempat membangun tenda di pos 4, disayangkan peserta yang di pos 2 tidak ikut menyusul. Hmmm….bukan hanya itu, tidak semua peserta yang ikut summit ke puncak ya gaes mengingat masih ada yang kelelahan dan istirahat di pos 5. Sebelum menuju puncak tertinggi, kalian akan melewati Pos Sendang Drajat. dimana pos ini sendiri juga terdapat sumber mata air bersih yang bisa digunakan untuk memasak dan mengisi air minum. Di Sendang Drajat juga terdapat sebuah warung yang sangat terkenal dikalangan pendaki yakni Warung Mbok Yem yang juga menjual makanan dan minuman, so tidak perlu membawa terlalu banyak logistik untuk menuju puncak. Sendang Drajat – Puncak Tertinggi Hargo Dumilah 30 Menit Untuk menuju puncak, medan yang di berikan berupa bebatuan yang cukup menanjak dan sampai pada akhir nya beberapa peserta yang summit pun tiba di puncak tertinggi dari Gunung Lawu. Nah gaes, di Puncak Lawu sendiri terdapat sebuah tugu batu sebagai tanda Puncak tertinggi Gunung Lawu 3265 mdpl. Di puncak kalian bisa melihat pemandangan gunung lain nya seperti Merbabu, Merapi, serta Gunung Arjuno. Begitulah sekelebat kisah pendakian perdana ke gunung lawu kali ini. So, mendaki gunung itu harus menyiapkan fisik dan mental yang kuat serta butuh kerjasama untuk menyukseskannya. Dan secara tidak langsung, mendaki dapat menaklukkan ego yang tinggi, belajar memahami makna kebersamaan dalam proses perjalanan menuju puncak dan mengerti bagaimana mencintai alam, serta yang terpenting belajar untuk mengerti arti kata β€œpulang dengan sehat dan selamat”. Hits 1991 e0Nq.
  • 6eglwiujq1.pages.dev/478
  • 6eglwiujq1.pages.dev/397
  • 6eglwiujq1.pages.dev/524
  • 6eglwiujq1.pages.dev/4
  • 6eglwiujq1.pages.dev/344
  • 6eglwiujq1.pages.dev/41
  • 6eglwiujq1.pages.dev/227
  • 6eglwiujq1.pages.dev/314
  • backpacker ke gunung lawu dari jakarta